Pengertian Manajemen Konflik
Definisi manajemen
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare (Haney dalamMardianto, 2000) yang berarti melatih kuda-kuda atau secara harfiah to handle yangberarti mengendalikan, sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia (Echols danShadily, 2000) management berarti pengelolaan dan istilah manager berarti tindakanmembimbing atau memimpin, sedangkan dalam bahasa Cina, manajemen adalahkuan lee yang berasal dari dua kata yaitu kuan khung (mengawasi orang kerja) dan leechai (menmanajemen konfliksi uang) (Mardianto, 2000). Sehingga manajememdapat didefinisikan sebagai mengawasi/mengatur orang bekerja dan memanajemenkonfliksi administrasi dengan baik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997)manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untukmencapai tujuan. Manajemen merupakan proses penting yang menggerakkanorganisasi karena tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasilcukup lama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemensebuah tindakan yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencaSpiritual tujuan.
Definisi Konflik adalah :
1) Konflik merupakan suatukonflik yang dilakukan oleh A untuk mengimbangi usaha – usaha B dengan cara merintangi yang menyebabkan B frustasi dalam mencapai tujuan atau meningkatkan keinginannya (Robbins, 1991 dalam Nimran 1999).
2) Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada diantara pihak – pihak merasakan adanya ketidak sesuaian tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan (AL Banesc, 1981 dalam Nimran 1999).
3) Suatu perselisihan atau perjuangan diantara dua pihak ditandai dengan menunjukan permusuhan secara terbuka dan atau mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya. Gangguan yang dilakukan dapatmeliputi usaha – usaha yang aktif atau penolakan pasif (Schmidt dan Kochan, 1972dan Umar, 2000).
4) Conflic is the gadfly of thought. It stirs us to observation and memory. It instigates to invention.it shocks us out of sheeplike passivity, and sets us at nothing and contriving…conflict is a sine qua non of refection and ungenuity (John Dewey dalam Baden Euson, 2007).
Konflik merupakan keadaan dimana terdapat ketidak sesuaian antara keinginan antar pihak dalam mewujudkan keinginannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik adalah cara yang digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan.
Penyebab Konflik
Indriyo Gitosudarmo dan Sudita (1997) mencatat sumber konflik seperti berikut :
1) Saling ketergantungan tgas, baik ketergantungan yang dikelompokkan, ketergantungan yang berurutan maupun ketergantungan yang bersifat timbal balik.
2) Perbedaan tujuan dan prioritas.
3) Faktor birokratik ( lini – staff )
4) Kriteria penilaian prestasi yang saling bertentangan.
5) Persaingan terhadap sumberdaya yang langka.
6) Sikap menang – kalah.
Baden Eunson ( dalam conflict management : 5 ) menyatakan bahwa hal – hal yang menyebabkan konflik adalah :
1) Scare resources
Ketakutan akan kekurangan / kelangkaan sumber daya ( barang, jasa, manusia) untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Adversity
kesulitan ekonomi dapat meningkatkan stres. Meskipun mungkin (tidak akan) mempengaruhi beberapa individu, kelompok dan bangsa untuk konflik, mengurangi kohesi grup internal.
3) Faulty communication
Adalah ketidak mampuan untuk menyelesaikan masalah dan hanya diam.
4) Perceived differences
Cara berfikir seseorang dalam memandang orang lain terhadap ras, agama, kelas,wilayah dan sistem kepercayaan sebagai ancaman dan musuh.
5) Biology
Sifat biologis manusia dlam menyelesaikan konflik dengan kekerasan atau fisik,atau hanya memaklumi sebagai suatu kebiasaan saja.
6) Environment
Panas dan ramai tampaknya mempenagruhi seseorang untuk terlibat dalm konflik.
7) Healt
Seseorang yang berada dalam keadaan lelah atau sakit tidak toleran dan ambigu terhadap orang yang bersengketa.
Jenis Konflik
Jenis konflik dibedakan dalam beberapa perspektif, antara lain :
- Konflik intra individu
Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
- Konflik antar individu
Konflik yang terjadi antar individu yang berbeda dalam suatu kelompok atau antar individu pada kelompok yang berbeda.
- Konflik antar kelompok
Konflik yang bersifat kolektif antara satukelompok dengan kelompok lain.
- Konflik organisasi
Konflik yang terjadi antar unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh konflik antar bagian pemasaran dengan bagian produksi.
Ditinjau dari fungsinya, terdapat 2 jenis konflik, yaitu :
- Konflik konstruktif
Konflik konstruktif adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
- Konflik destruktif
Konflik destruktif adalah konflik yang memiliki nilai negatif bagi pengembangan organisasi.
Pendekatan Konflik
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengelola konflik (Baden Eunson, 2007) adalah :
- Negotiation (Negosiasi)
Negosiasi berarti interaksi antara dua individu atau kelompok untuk menyelesaikan ketidaksamaan pemikiran dan konsensi. Negosiasi dapat diterapkan ketika :
a) Konflik yang terjadi termasuk konflik yang sederhana.
b) Konflik yang memiliki intensitas rendah.
c) Kedua belah pihak memiliki kekuatan yang sama.
- Interpersonal skills (Kemampuan Perseorangan)
Kemampuan seseorang untuk mendengarkan, menyampaikan pertayaan, mengetahui gejala serta menemukan solusi permasalahan.
- Cultur and Gender Differences
Konflik dapat dipahami dengan kondisi gender dan kebudayaan yang dianut serta disesuaikan dengan situasi yang ada.
- Group dynamics
Tahapan Konflik / Proses Konflik dalam Organisasi
Pondy (1967) yang dikutip oleh Indriyo Gitosudarmo dan Sudita (1997) mengembangkan sebuah model tentang proses konflik yang disebut “conflict episode”. Terdapat lima tahapan sejak konflik itu berawal yang akan dilaluinya sebagi suatu proses. Lima tahapan tersebut adalah :
- Latent conflict (konflik dibawah tanah)
Ini merupakan tahapp dimana muncul faktor – faktor dalam situasi yang dapat menjadi kekuatan potensial guna mendorong konflik.
- Perceived conflict (konflik dipersepsikan)
Perceived conflict adalah tahapan dimana suatu pihak memandang pihak lain seperti akan menghambat atau mengancam sasarannya.
- Felt conflict (konflik dirasakan)
Tahap dimana konflik tidak hanya dipandang atau dianggap ada, namun benar – benar dirasakan dan dikenali keberadaannya.
- Manifest conflict (konflik dimanifestasikan)
Manifest conflict merupakan tahap dimana kedua belah pihak berperilaku mengundang respon dari pihak lainnya.
- Conflic aftermath (ekor konflik)
Adalah tahap sesudah konflik diatasi, tetapi masih terdapat sisa – sisa ketegangan yang tertinggal pada pihak – pihak yang bersangkutan, yang nantinya disamping hal – hal lain dapat menjadi dasar bagi “latent conflict” pada episode berikutnya.
Mengelola konflik antar kelompok
Indriyo dan sudati (1997) mengatakan ada empat strategi yang dapat dipergunakan untuk mengurangi konflik yang terjadi dalam organisasi, yaitu:
- Strategi pengindaran, dalam hal ini tidak mempertimbangkan sumber konflik itu, dapat dilakukan dengan cara :
a) Mengabaikan konflik
b) Pemisahan secara fisik
- Strategi intervensi kekuasaan, dipakai ketika kelompok-kelompok yang bertikai tidak mampu menyelesaikanya sendiri dengan cara :
a) Menggunakan perintah otoritaf dan penerapan peraturan
b) Menuver politik, kelompok yang bertikai masing-masing menghimpun kekuatan untuk memaksa kelompok lain
- Strategi penggembosan, strategi ini hanya berusaha mengurangi tensi konflik, fokusnya hanya pada sisi permukaan saja tidak sampai menyentuh akar permasalahan. Cara yang bisa ditempuh adalah sebagai berikut:
a) Pelunakan, dengan menonjolkan kesamaan/kepentingan bersama
b) Kompromi (tawar-menawar secara fleksibel)
c) Mengidentifikasi musuh bersama
- Strategi resolusi, dengan mengidentifikasi dan memecahkan sumber yang menyebabkan timbulnya konflik, ada empat cara yang dapat dipilih:
a) Interaksi antar kelompok, melalui peningkatan kontak dan pertemuan langsung antar pimpinan kelompok yandengan pihg konflik.
b) Tujuam yang lebih tinggi. Penetapan tujuan yang lebih tinggi/penting bisa menjadi motivasi bagi masing-masing pihak untuk menyelesaikan masalah.
c) Penyelesaian masalah secara berasama. Tapi membutuhkan waktu dan komitmen yang besar.
d) Mengubah struktur organisasi, bila persoalanya bersumber pasa struktur
- Interaksi antar kelompok, melalui peningkatan komunikasi terutama ditingkat pimpinan.
a) Tujuan yang lebih tinggi, dengan penetapan tujuan yang lebih tinggi menjadi motivasi baru.
b) Penyelesaian masalah, melalui pertemuan langsung menggali secra bersama alternatif-alternatif solusi terhadap konflik yang terjadi.
c) Mengubah strutur organisasi, terutama jika konflik dipicu oleh persoalan antar departemen atau devisi.
Thomas (1976) dalam timotius hartono (2001) menawarkan cara-cara pemecahan konflik dengan pendekatan kontigensi yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
- Kolaborasi, mencakup upaya untuk bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka mencari pemecahan yang memuaskan kedua belah pihak. Kepentingan kedua belah pihak mendapat perhatian besar, ketidaksesuaian dibahas secara rinci dan berusaha sungguh-sungguh untuk memetik kemanfaatan dari situasi tanpa menyakiti pihak lain. Cara ini bermanfaat terutama pada kepentingan kedua belah pihak sama-sma pentingnya sehingga sulit dikompromikan.
- Kompetisi, pemecaha yang berorientasi pada kekuasaan dan cara ini digunakan dengan memanfaatkan kekuasaan apapun yang dimiliki atau ada ditanganya seperti: pengetahuan, keterampilan, hubungan intim dan sebagainya yang memungkinkanya menang. Cara ini berguna terutama dalam situasi keterbatasan sumber daya yang tersedia atau saat-saat krisis dimana keputusan harus dibuat secara tepat.
- Kompromi, dilakukan dengan mengambil posisi tengah antar dimensi yang bersifat menyerang dan bekerjasama. Pihak-pihak yang terlibat sama-sama mengusahakan pemecahan yang cukup memuaskan, walaupu memang tidak memuaskan sepenuhnya.
Cara ini dilakukan misalnya dengan mengabaikan perbedaan-perbadaan yang ada sambil memberikan atau saling bertukat konsensi. Kompromi merupakan cara yang sangat berguna terutama bila sasaran yang ingin dicapai cukup penting namun tidak sedemikian penting sehingga menuntut cara yang lebih keras. Cara ini juga baik untuk konflik dimana kedua belah pihak memiliki kekuasaan yang relatif seimbang, atau juga dalam situasi yang menuntut keputusan secara cepat.
- Hindari, dilakukan apabila seseorang individu bersikap tak bermusuhan dan tak juga kooperatif dalam arti bahwa yang bersangkutan menaruh perhatian yang amat rendah baik atas kepentinganya sendiri maupun kepentingan lawan.Hal ini dapat dilakukan dengan mengesampingkan secara diplomatis isu yang menyulut konflik, menunda pembahasan atau menarik diri baik secara fisik maupun psikologis dari situasi yang dirasakan mengancam tersebut. Cara ini berguna bila isu yang terlibat sederhana atau kecil. Disamping itu, cara ini merupakan alternatif yang baik jika yang bersangkutan memiliki kekuasaan yang sangat rendah sehingga sangat kecil kemungkinan pemuasanya, atau tidak memadai antara pengorbanan yang akan diderita akibat konfrontasi dengan kemanfaatan yang dapat dipetik.
- Akomodasi, akomodasi terwujud dalam bentuk kemurahan hati, mengikuti kehendak pihak lain atau menerima pandangan pihak lain tersebut. Jadi pada hakekatnya si individu mengabaikan kepentingan sendiri demi memuaskan pihak lain. Jadi ada pengorbanan diri di dalam akomodasi ini.Cara ini menjadi tepat bila si individu sadar bahwa ia yang salah, atau kepentingan pihak lain jauh lebih menonjol daripada kepentingan sendiri. Cara ini juga tepat untuk menghindari diri dari akibat yang lebih parah.
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1) Gencatansenjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2) Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3) Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4) Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5) Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adusenjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6) Adjudication(ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
1) Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2) Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3) Majorityrule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4) Minorityconsent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5) Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6) Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
sumber :
ariefm.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/9.-Manajemen-Konflik.ppt
9triliun.com/artikel/6910/manajemen-konflik.html
http://www.ipdn.ac.id/wakilrektor/wp-content/uploads/MANAJEMEN-KONFLIK.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1248/1/manajemen-ritha5.pdf
http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/viewFile/608/593
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-173-694239679-gabung.pdf
http://search.proquest.com/docview/201157442/4A55AE374BB14224PQ/1?accountid=38628
http://www.pta-bandung.go.id/uploads/arsip/515E-PROSEDUR_MEDIASI.pdf
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-8.%20MEDIASI%20SEBAGAI%20ALTERNATIF%20PENYELESAIAN%20Anggie%20UMI.pdf